Tuesday, November 20, 2007

Generasi Era Komunikasi




Kelas SMS


Sepulang kerja saya menyempatkan diri mampir ke kios pulsa karena persediaan pulsa sudah menipis, tinggal untuk beberapa sms. Saya berlangganan beli pulsa di kios pulsa Perempatan samping kantor desa karena layanannya yang baik, dan yang jelas harganya miring selisih lima ratus rupiah dari kios pulsa lainnya.
Barusan turun dari motor butut mau mencopot helm, eh .. lha koq… Kang Supiyoto sudah nongkrong takzim di depan kios pulsa. Di tangannya tergenggam hape jadhul yang sudah tidak ada di toko hape.
“Kang, ngapeli Mbak Susmiyatik ya ?” seloroh saya.
“Ah .. Mas-e, jangan gitu ah. Nanti saya diklabruk istri saya. Ini lho mau belajar ngisikan pulsa”, jawabnya tersipu.
“Weh. . lha … kalau tahu sampean ngingu hape kemarin sore saya sms kangsenan njagong”, lanjut saya.
“Ini oleh-oleh adik bareng sama jamu herbal yang kemarin itu lho Mas-e. Sekarang sudah bisa SMS-an kabar-labaran sama sodara-sodara jauh”, paparnya. “Tapi ya diirit-irit koq Mas-e, tidak pernah untuk ngebel. Wong maunya adik hanya untuk jaga-jaga. Jadi wadah kabar”.
“Saya isi pulsa lima ribuan Mas-e. Lumayan bisa untuk berpuluh SMS. Lha Mas-e mau ngisi pulsa juga ya. Ratusan rebu tentunya…”, katanya meledek sambil nyengir.
“Wah kelas kita itu sama Kang Supi. Kelas SMS yang penting informasi sampai dengan hemat, sehemat-hematnya. Lhaiya to wong penghasilan cupet kebutuhan banyak koq. Hape saya juga kelas SMS”, jawab saya sambil nunjukkan hape keluaran terbaru dengan harga terendah he..he..
“Hape kinyis gini koq kelas SMS to Mas-e, koq ya masih tega ngeledek lho”, katanya bercampur heran.
“Benar Kang Supi, itu hape kelas SMS. Belum ada incengan kamera. Belum kelas MP3. Adalagi lho Kang yang Triji bisa untuk lihat tivi”, kata saya menjelaskan.
“Wladalah hla wong saya itu bisa SMS-an saja sudah mewah je . . . “, sambungnya.
“Itulah kelas SMS”, kata saya sambil mancal slah montor butut saya. Kang Supiyoto membuntuti mancal sepeda sambil sesekali menimang hapenya…


SMS, Media Ampuh
http://www.x-phones.com/www/art_detail.php?id=1572
Kamis,12 Apr 2002
Grace,korantempo.com

SMS saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kini orang menggunakan SMS untuk berbagai keperluan. Terbayang enggak sih, SMS digunakan sebagai sarana untuk meminang seseorang? Paling tidak, ini yang terjadi di India dan Malaysia, seperti terungkap dalam survei yang dilakukan Siemens dan Asia Market Intelligence. SMS menjadi makhluk paling laris, yang menjadi bagian dari gaya kehidupan masa kini. Layanan itu tidak saja digemari kaum remaja, tapi juga orang-orang dewasa. Di sudut-sudut jalan, pusat-pusat pertokoan atau bahkan di sekolah, dengan mudah akan dijumpai orang-orang yang sedang menekan-nekan keypad untuk mengirimkan pesan. Setelah itu, senyum-senyum sendiri karena mungkin mendapat kiriman pesan lelucon jorok. Mungkin Anda lalu menjadi terkejut, karena tiba-tiba biaya tagihan telepon membengkak dan hampir sekitar 50-70 persennya untuk membayar layanan SMS. Tak pelak lagi, SMS yang kini menjadi sarana komunikasi paling ampuh, membuat biaya tagihan ponsel membengkak tanpa disadari. Dengan biaya Rp 350 per pesan per satu kali pengiriman (ada yang Rp 300 per pesan), seringkali orang menjadi tidak sadar bahwa layanan hemat ini menjadi tidak hemat lagi ketika pesan yang dkirimkan berkali-kali. Bayangkan saja kalau misalnya dalam sehari rata-rata Anda mengirimkan 10 pesan, berarti biaya total dalam satu hari itu mencapai Rp 3.500 atau Rp 105 ribu per bulan. Kalau total tagihan pascabayar Anda mencapai Rp 200 ribu, berarti 52,50 persennya merupakan pembayaran untuk layanan SMS. Sisanya, untuk membayar biaya berlangganan (abodemen) sebesar Rp 65 ribu dan biaya pulsa telepon atau interkoneksi lainnya. Kalau dalam sehari Anda mengirimkan rata-rata 20 pesan, kocek yang harus dikeluarkan hanya untuk SMS saja berarti mencapai Rp 210 ribu per bulan. Jika total biaya tagihan pascabayar Anda Rp 300 ribu, berarti 70 persennya untuk membayar SMS saja. Jadi, hitung sendiri saja kalau Anda adalah seseorang yang bertangan gatal karena setiap kali ber-SMS-ria, sebentar-sebentar kirim. Jangan terkejut lagi kalau tahu-tahu tagihan Anda membengkak. Pertumbuhan penggunaan ponsel dan komunikasi data berupa SMS yang pesat inilah, yang tampaknya mendorong Siemens melakukan survei di tujuh negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Dalam survei Siemens Mobile Lifestyle ini terungkap tren penggunaan ponsel dan SMS di kalangan remaja, orang yang sedang berpacaran, dan di antara para pekerja/karyawan. Survei yang dinamakan AsiaBUS itu dilakukan Siemens bersama Asia Market Intelligence pada Desember 2001 lalu itu melibatkan 6.480 responden (2.430 diantaranya pengguna). Terdiri dari remaja berusia 16-24 tahun, responden pasangan 18-54 tahun, dan responden karyawan 18-54 tahun di tujuh negara tersebut. Dalam survei itulah terungkap berbagai hal-hal yang sebelumnya mungkin tak terpikirkan. Misalnya seperti yang terjadi di India dan Malaysia itu, di mana SMS digunakan sebagai salah satu cara untuk meminang pasangannya. Oh! How romantic! Bahkan di India, penggunaan ponsel dan SMS pun digunakan sebagai sarana untuk mencurigai pasangannya. Indonesia termasuk yang cukup tinggi persentasenya, karena 30 persen responden menjawab ponsel atau SMS sebagai sarana untuk mencurigai pasangan mereka. Bahkan, ponsel atau SMS juga digunakan untuk mengecek di mana pasangannya berada saat itu. Singapura merupakan negara dengan persentase terkecil untuk soal curiga mencurigai ini. SMS pun digunakan kalangan yang sedang berpacaran sebagai media komunikasi paling ampuh ketika sedang berantem. Soalnya, malas mengangkat-angkat telepon kalau sedang berantem, tapi apa daya hati tetap rindu. Ya apa boleh buat, lagi-lagi SMS-lah yang jadi media penghubung untuk melumerkan hati yang panas itu. Berdasarkan survei itu, kepopuleran SMS di Indonesia dapat dilihat dari tingginya tingkat pemakaian. Sama seperti hasil survei di enam negara lainnya, pengguna ponsel di Indonesia menggunakan fasilitas SMS untuk mengirimkan pesan, baik yang bersifat ringan dan personal maupun pesan-pesan bisnis. Meningkatnya pertumbuhan penggunaan SMS ini, membuat operator-operator telepon seluler, termasuk di Indonesia, mulai melirik pasar layanan SMS sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan lain. Dengan jumlah pesan yang dikirimkan mencapai lebih dari 6 juta pesan per hari, pasar SMS memang menjadi lahan yang menggiurkan untuk menyedot pendapatan yang lebih besar. Apalagi, setelah SMS lintas operator yang diberlakukan mulai 10 Mei 2001, operator ponsel berbasis Global System for Mobile Communication (GSM) rata-rata menerima lonjakan trafik pengiriman pesan sebesar 50 persen. Jika setiap operator rata-rata menerima trafik 1-2 juta pesan per hari dan biaya pengiriman SMS Rp 350 per pesan, maka per bulan operator akan meraup keuntungan Rp 350-700 juta atau Rp 10,50-21 miliar per tahun. Ini belum lagi menghitung keuntungan, jika operator ponsel itu mengadakan kuis atau program berhadiah lainnya, yang jawabannya harus dikirimkan via SMS. Dengan iming-iming bisa kaya mendadak, tanpa disadari pelanggan ponsel yang mengikuti kuis, pelanggan turut memperkaya bisnis layanan SMS operator bersangkutan. Sementara hadiah belum tentu berada di tangan.

Generasi Vetsin



Kembali ke BBM Brambang Bawang Miri

Setiap kali ada tetangga melahirkan, ‘jagong bayen’ menjadi ritual social yang harus dilaksanakan, kalau tidak mau menjadi ‘rasanan’. Sore saya sudah sempat merebahkan badan sepulang kerja, sehingga badan terasa ringan ketika berangkat ‘njagong’.
“Mas-e mau njagong ya, ayo kita bareng”, mak ’jegagik’ saya kaget begitu keluar pintu sudah disapa Kang Supiyoto.
“Oh ya kebetulan ada teman greneng-greneng”
Setelah basa basi sebentar dengan tuan rumah kami duduk mojok mepet pintu, ndlosor di tikar plastic. Agak santai karena golongan kasepuhan sudah pada njagong beberapa hari sebelumnya.
“Mas-e, saya heran koq sekarang orang jadi mudah sakit. Kadang penyakitnya juga aneh-aneh yang dulu tidak dikenal yo . . “, Kang Supiyoto membuka pembicaraan.
“Heh ! Njagong jagong bayen koq ngomong penyakit ora ilok”, timpal Lik Suloyo yang duduk di sebelahnya. Saya terdiam tidak menyahut.
“Tapi betul kata Supiyoto, apalagi orang seusia saya ini. Wis rag-preg, padahal dulu. Generasi simbah-simbahmu sudah tua-tua masih pada kuat macul”, sambung pakDhe Supodo. Giliran Lik Suloyo terdiam ‘kalah awu’.
“Jangan-jangan karena makanan kita tidak sehat ?”, celetuk saya.
“Makanan orang sekarang ya tentu lebih sehat dan bergizi to. Dulu makan ganyong makan, ubi, sekarang makan roti makan fred chicken”, sergah Lik Suloyo.
“Ya bahannya mahal, rasanya enak, sajiannya menarik Lik. Tapi bumbunya kebanyakan gula garam vetsin”, sambung saya.
“Iya Mas-e, saya jadi ingat vetsin kata guru saya dulu tidak baik”, imbuh Kang Supi. Tumben Kang Supiyoto ingat zaman sekolah,
“Ya memang, kalau dulu orang makan itu bahannya sederhana tapi bumbunya macam-macam, ada brambang ada bawang ada miri dan thethek bengek lainnya yang saya sendiri tidak hapal. Belum lagi jamunya aneka macam”, pakDhe Supodo menambahkan.
“Wah kalau begitu saya harus mengontrol dapur. Istri saya harus meninggalkan vetsin kembali ke bumbu BBM”, celetuk Kang Supi.
“Apa itu BBM Kang Supi”, tanya saya.
“Brambang Bawang Miri”, kata Kang Supi santai.
“Ha…ha…ha…”, kami ketawa, dan kembali heining seiring keluarnya makanan cegah lek.
Semua penjagong asyik menikmati bakwan bervetsin, tahu susur bervetsin, kerupuk bervetsin, kue pasar berpewarna kain, minum the bergula aspartame. Lupa . . .


Kunci rahasia khasiat bawang putih
(http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/10/071016_garlichealth.shtml)
Diperbaharui pada: 16 Oktober, 2007 - Published 09:02 GMT

Para peneliti telah berhasil mengungkap misteri penyebab makan bawang putih bisa membantu menjaga kesehatan jantung.
Kuncinya adalah allicin, yang diuraikan menjadi senyawa sulfat sangat berbau yang mencemarkan bau nafas.
Senyawa ini bereaksi dengan darah merah dan menghasilkan sulfida hidrogen yang merenggangkan saluran darah, dan membuat darah mudah mengalir.
Riset University of Alabama di kampus Birmingham muncul di Kertas Kerja Akademi Sains Nasional (NAS).
Namun, para pakar Inggris memperingatkan mengkonsumsi suplemen bawang putih bisa menimbulkan dampak samping.
Sulfida hidrogen menghasilkan bau telur busuk dan dipergunakan untuk memproduksi bom bau (stink bomb).
Namun, pada kadar rendah, senyawa itu memainkan peran vital dalam membantu sel-sel saling berkomunikasi dengan sesamanya.
Dan, pada pembuluh darah, senyawa itu merangsang sel yang membentuk lapisan mengendur dan menyebabkan pembuluh melebar.
Dan, ini pada gilirannya mengurangi tekanan darah, memungkinkan darah mengangkut lebih banyak oksigen ke organ tubuh esensial, dan mengurangi tekanan pada jantung.
Tim peneliti Alabama mencelupkan pembuluh darah tikus pada larutan yang mengadung ekstrak dari bawang putih yang diremukkan.


Hasil mencolok
Ini menghasilkan hasil yang mencolok -- dengan ketegangan di dalam pembuluh berkurang sebesar 72%.
Para peneliti juga mendapati bahwa sel darah merah yang terkena sedikit sekali sari bawang putih yang dijual di toserba segera menghasilkan sulfida hidrogen.
Percobaan lanjutan memperlihatkan bahwa reaksi kimia berlangsung utamanya pada permukaan sel darah merah.
Tim peneliti menunjukkan indikasi bahwa produksi sulfida hidrogen dalam sel darah merah mungkin bisa digunakan untuk menetapkan standard kadar bawang putih yang ditambahkan ke makanan.
Peneliti kepala Dr David Kraus mengatakan: "Hasil penelitian kami memperlihatkan bawang putih dalam makanan itu sangat bagus."
"Tentu saja di kawasan tempat konsumsi bawah putih tinggi, seperti laut Tengah dan Timur Jauh, tingkat terjadinya penyakit kardiovaskuler rendah."
Judy O'Sullivan, ahli rawat jantung pada Yayasan Jantung Inggris (BHF), mengatakan: "Penelitian menarik ini mengindikasikan bawang putih mungkin bermanfaat bagi kesehatan jantung."
"Namun, tetap saja belum ada bukti yang cukup untuk mendukung gagasan untuk memakan bawang putih sebagai obat untuk mengurangi risiko mengalami penyakit jantung," tambahnya O'Sullivan.
"Memasukkan bawang putih sebagai bagian dari variasi makanan adalah pilihan pribadi," ujarnya.
"Perlu dicamkan bahwa suplemen [bawang putih] dalam kadar tinggi mungkin berinteraksi dengan obat pengencer darah dan mungkin memperbesar risiko pendarahan," kata Judy O'Sullivan.