Kelas SMS
Sepulang kerja saya menyempatkan diri mampir ke kios pulsa karena persediaan pulsa sudah menipis, tinggal untuk beberapa sms. Saya berlangganan beli pulsa di kios pulsa Perempatan samping kantor desa karena layanannya yang baik, dan yang jelas harganya miring selisih lima ratus rupiah dari kios pulsa lainnya.
Barusan turun dari motor butut mau mencopot helm, eh .. lha koq… Kang Supiyoto sudah nongkrong takzim di depan kios pulsa. Di tangannya tergenggam hape jadhul yang sudah tidak ada di toko hape.
“Kang, ngapeli Mbak Susmiyatik ya ?” seloroh saya.
“Ah .. Mas-e, jangan gitu ah. Nanti saya diklabruk istri saya. Ini lho mau belajar ngisikan pulsa”, jawabnya tersipu.
“Weh. . lha … kalau tahu sampean ngingu hape kemarin sore saya sms kangsenan njagong”, lanjut saya.
“Ini oleh-oleh adik bareng sama jamu herbal yang kemarin itu lho Mas-e. Sekarang sudah bisa SMS-an kabar-labaran sama sodara-sodara jauh”, paparnya. “Tapi ya diirit-irit koq Mas-e, tidak pernah untuk ngebel. Wong maunya adik hanya untuk jaga-jaga. Jadi wadah kabar”.
“Saya isi pulsa lima ribuan Mas-e. Lumayan bisa untuk berpuluh SMS. Lha Mas-e mau ngisi pulsa juga ya. Ratusan rebu tentunya…”, katanya meledek sambil nyengir.
“Wah kelas kita itu sama Kang Supi. Kelas SMS yang penting informasi sampai dengan hemat, sehemat-hematnya. Lhaiya to wong penghasilan cupet kebutuhan banyak koq. Hape saya juga kelas SMS”, jawab saya sambil nunjukkan hape keluaran terbaru dengan harga terendah he..he..
“Hape kinyis gini koq kelas SMS to Mas-e, koq ya masih tega ngeledek lho”, katanya bercampur heran.
“Benar Kang Supi, itu hape kelas SMS. Belum ada incengan kamera. Belum kelas MP3. Adalagi lho Kang yang Triji bisa untuk lihat tivi”, kata saya menjelaskan.
“Wladalah hla wong saya itu bisa SMS-an saja sudah mewah je . . . “, sambungnya.
“Itulah kelas SMS”, kata saya sambil mancal slah montor butut saya. Kang Supiyoto membuntuti mancal sepeda sambil sesekali menimang hapenya…
SMS, Media Ampuh
http://www.x-phones.com/www/art_detail.php?id=1572
Kamis,12 Apr 2002Grace,korantempo.com
SMS saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kini orang menggunakan SMS untuk berbagai keperluan. Terbayang enggak sih, SMS digunakan sebagai sarana untuk meminang seseorang? Paling tidak, ini yang terjadi di India dan Malaysia, seperti terungkap dalam survei yang dilakukan Siemens dan Asia Market Intelligence. SMS menjadi makhluk paling laris, yang menjadi bagian dari gaya kehidupan masa kini. Layanan itu tidak saja digemari kaum remaja, tapi juga orang-orang dewasa. Di sudut-sudut jalan, pusat-pusat pertokoan atau bahkan di sekolah, dengan mudah akan dijumpai orang-orang yang sedang menekan-nekan keypad untuk mengirimkan pesan. Setelah itu, senyum-senyum sendiri karena mungkin mendapat kiriman pesan lelucon jorok. Mungkin Anda lalu menjadi terkejut, karena tiba-tiba biaya tagihan telepon membengkak dan hampir sekitar 50-70 persennya untuk membayar layanan SMS. Tak pelak lagi, SMS yang kini menjadi sarana komunikasi paling ampuh, membuat biaya tagihan ponsel membengkak tanpa disadari. Dengan biaya Rp 350 per pesan per satu kali pengiriman (ada yang Rp 300 per pesan), seringkali orang menjadi tidak sadar bahwa layanan hemat ini menjadi tidak hemat lagi ketika pesan yang dkirimkan berkali-kali. Bayangkan saja kalau misalnya dalam sehari rata-rata Anda mengirimkan 10 pesan, berarti biaya total dalam satu hari itu mencapai Rp 3.500 atau Rp 105 ribu per bulan. Kalau total tagihan pascabayar Anda mencapai Rp 200 ribu, berarti 52,50 persennya merupakan pembayaran untuk layanan SMS. Sisanya, untuk membayar biaya berlangganan (abodemen) sebesar Rp 65 ribu dan biaya pulsa telepon atau interkoneksi lainnya. Kalau dalam sehari Anda mengirimkan rata-rata 20 pesan, kocek yang harus dikeluarkan hanya untuk SMS saja berarti mencapai Rp 210 ribu per bulan. Jika total biaya tagihan pascabayar Anda Rp 300 ribu, berarti 70 persennya untuk membayar SMS saja. Jadi, hitung sendiri saja kalau Anda adalah seseorang yang bertangan gatal karena setiap kali ber-SMS-ria, sebentar-sebentar kirim. Jangan terkejut lagi kalau tahu-tahu tagihan Anda membengkak. Pertumbuhan penggunaan ponsel dan komunikasi data berupa SMS yang pesat inilah, yang tampaknya mendorong Siemens melakukan survei di tujuh negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Dalam survei Siemens Mobile Lifestyle ini terungkap tren penggunaan ponsel dan SMS di kalangan remaja, orang yang sedang berpacaran, dan di antara para pekerja/karyawan. Survei yang dinamakan AsiaBUS itu dilakukan Siemens bersama Asia Market Intelligence pada Desember 2001 lalu itu melibatkan 6.480 responden (2.430 diantaranya pengguna). Terdiri dari remaja berusia 16-24 tahun, responden pasangan 18-54 tahun, dan responden karyawan 18-54 tahun di tujuh negara tersebut. Dalam survei itulah terungkap berbagai hal-hal yang sebelumnya mungkin tak terpikirkan. Misalnya seperti yang terjadi di India dan Malaysia itu, di mana SMS digunakan sebagai salah satu cara untuk meminang pasangannya. Oh! How romantic! Bahkan di India, penggunaan ponsel dan SMS pun digunakan sebagai sarana untuk mencurigai pasangannya. Indonesia termasuk yang cukup tinggi persentasenya, karena 30 persen responden menjawab ponsel atau SMS sebagai sarana untuk mencurigai pasangan mereka. Bahkan, ponsel atau SMS juga digunakan untuk mengecek di mana pasangannya berada saat itu. Singapura merupakan negara dengan persentase terkecil untuk soal curiga mencurigai ini. SMS pun digunakan kalangan yang sedang berpacaran sebagai media komunikasi paling ampuh ketika sedang berantem. Soalnya, malas mengangkat-angkat telepon kalau sedang berantem, tapi apa daya hati tetap rindu. Ya apa boleh buat, lagi-lagi SMS-lah yang jadi media penghubung untuk melumerkan hati yang panas itu. Berdasarkan survei itu, kepopuleran SMS di Indonesia dapat dilihat dari tingginya tingkat pemakaian. Sama seperti hasil survei di enam negara lainnya, pengguna ponsel di Indonesia menggunakan fasilitas SMS untuk mengirimkan pesan, baik yang bersifat ringan dan personal maupun pesan-pesan bisnis. Meningkatnya pertumbuhan penggunaan SMS ini, membuat operator-operator telepon seluler, termasuk di Indonesia, mulai melirik pasar layanan SMS sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan lain. Dengan jumlah pesan yang dikirimkan mencapai lebih dari 6 juta pesan per hari, pasar SMS memang menjadi lahan yang menggiurkan untuk menyedot pendapatan yang lebih besar. Apalagi, setelah SMS lintas operator yang diberlakukan mulai 10 Mei 2001, operator ponsel berbasis Global System for Mobile Communication (GSM) rata-rata menerima lonjakan trafik pengiriman pesan sebesar 50 persen. Jika setiap operator rata-rata menerima trafik 1-2 juta pesan per hari dan biaya pengiriman SMS Rp 350 per pesan, maka per bulan operator akan meraup keuntungan Rp 350-700 juta atau Rp 10,50-21 miliar per tahun. Ini belum lagi menghitung keuntungan, jika operator ponsel itu mengadakan kuis atau program berhadiah lainnya, yang jawabannya harus dikirimkan via SMS. Dengan iming-iming bisa kaya mendadak, tanpa disadari pelanggan ponsel yang mengikuti kuis, pelanggan turut memperkaya bisnis layanan SMS operator bersangkutan. Sementara hadiah belum tentu berada di tangan.